Mengidentifikasi Unsur Cerita RAKYAT Yang Didengar MENGGUNAKAN
Sumbang Saran (Brain-Storming)
BASUKI
Alamat : SDN Sunan Giri I Kecamatan Rejoso
Kabupaten Pasuruan
Abstrak: Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
aspek mendengarkan dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur cerita rakyat
yang didengar, kegiatan yang dilakukan
guru pada sebelumnya adalah siswa mendengarkan cerita dari guru. Untuk
mengetahui kemampuan siswa guru memberikan soal-soal mengenai unsur-unsur yang
ada dalam cerita baik secara lisan maupun tertulis yang harus dikerjakan oleh
siswa sendiri-sendiri. Cara tersebut kurang
menumbuhkan keaktifan siswa. Sumbang
saran (Brain Storming)
merupakan cara untuk mencari pemecahan masalah. Kita hidup sebagai
makhluk sosial. Di mana dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari
orang lain. Bercerita membutuhkan pendengar, di sini siswa diharapkan belajar
menghormati orang yang berbicara. Setelah mendengarkan diharapkan siswa aktif
berbicara untuk mengutarakan pendapatnya. Hasil dari penelitian ini adalah (a) pembelajaran
menggunakan sumbang saran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar yang dapat dilihat dari prosentase
keaktifan siswa mulai siklus I yaitu 35%, 53%, dan 84% dan (b) pembelajaran
menggunakan sumbang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
unsur cerita rakyat yang didengar dapat dilihat dari peningkatan nilai
formatif, yaitu rata-rata kelas pada suklus I
61,16, siklus II 74,2, siklus III 81,08.
kata Kunci: Mengidentifikasi cerita rakyat,
Brain Storming
Dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk aspek mendengarkan dengan Kompetensi Dasar
mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar, kegiatan yang dilakukan guru pada sebelumnya adalah siswa
mendengarkan cerita dari guru. Untuk mengetahui kemampuan siswa guru memberikan
soal-soal mengenai unsur-unsur yang ada dalam cerita baik secara lisan maupun
tertulis yang harus dikerjakan oleh siswa
sendiri-sendiri. Dalam situasi seperti ini ada siswa yang bisa menjawab
ada pula yang tidak bisa menjawab. Di samping itu siswa secara umum dalam
pelajaran Bahasa Indonesia sering kurang berminat dalam mendengarkan dan
berbicara, dengan berbagai faktor penyebabnya, di antaranya bosan mendengarkan, malu, takut, ragu-ragu
dalam mengutarakan pendapat, kurang menguasai kosa kata, dan lain-lain.
Di samping itu cara seperti di atas kurang menumbuhkan keaktifan
siswa. Dengan demikian agar siswa dapat
meningkatkan kemampuannya dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya, guru terdorong ingin
memperbaiki pembelajaran dan perlu menyajikan dalam bentuk yang lebih menarik
yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa, dengan cara yang komunikatif.
Dengan kondisi seperti di
atas, guru ingin memperbaiki pembelajaran menggunakan
sumbang saran. Sebelum sumbang saran dilaksanakan, diawali dengan bercerita,
siswa mendengarkan cerita tersebut.
Sumbang saran merupakan cara untuk mencari pemecahan masalah. Kita
hidup sebagai makhluk sosial. Di mana dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah
lepas dari orang lain. Setiap ada masalah kita tidak bisa memutuskan sendiri,
kita selalu membutuhkan orang lain untuk menyumbangkan sarannya, agar cepat
selesai. Bila kita salah ada yang memberi nasihat atau mengomentari bahkan
menanggapi maka kehidupan menjadi dinamis dan terarah.
Bercerita membutuhkan pendengar, di sini siswa diharapkan belajar
menghormati orang yang berbicara. Setelah mendengarkan diharapkan siswa aktif
berbicara untuk mengutarakan pendapatnya. Dengan demikian sumbang saran cocok
untuk mendidik siswa bermusyawarah,
berfikir kritis, aktif sehingga
perlu diberikan pada anak sejak dini dengan tujuan bermanfaat bagi siswa untuk di kemudian hari.
Berbicara dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan
seara lisan (Brown dan Yule, 1983).
Keberhasilan berbicara dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu faktor
pembicara dan faktor pendengar. Agar pesan yang disampaikan melalui berbicara
bisa diterima baik oleh pendengar maka si pembicara tersebut harus menguasai
faktor linguistik maupun psikologi.
Adapun tujuan diadakan penelitian ini adalah ingin mengetahui : (1) Sumbang
saran dapat meningkatan keaktifan siswa
dalam mengidentifkasi unsur cerita rakyat yang didengar, (2) Sumbang saran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
unsur rakyat yang didengar.
METODE PENELITIAN
SETTING PENELITIAN
Tempat
Penelitian
Penelitan ini bertempat di UPT SDN Sunan
Giri I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.
Waktu
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan hari Jumat 30
Agustus 2010 untuk Siklus I, Siklus II hari Jumat tanggal 3 September 2010,
Siklus ke III hari Jumat tanggal 10 September 2010.
Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas
V UPT SDN Sunan Giri I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan yang berjumlah 25 siswa, pada Kompetensi Dasar “Mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar”.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas berangkat dari
persoalan-persoalan praktik yang dihadapi guru di kelas. Hasil
penelitian dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kepentingan peningkatan
kualitas pembelajaran di kelas. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian
tindakan kelas adalah masalah-masalah praktik pembelajaran sehari-hari yang
dihadapi guru. Untuk kepentingan itu pertama-tama guru harus menyadari adanya
masalah di kelasnya.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis
dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang lain.
Setiap siklus mempunyai planing (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan) dan reflektion (refleksi), langkah siklus berikutnya adalah
perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi . Sebelum
masuk siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi
permasalahan.
Tahap-tahap dalam PTK yaitu :
Merencanakan
Refleksi Melakukan Tindakan
Mengamati
Penjelasan alur
di atas : (1) Rencana, merupakan langkah awal yaitu menyusun rumusan masalah,
tujuan dan membuat rencana tindakan dan menentukan instrumen penelitian dan
perangkat pembelajaran, (2) Tindakan,
merupakan realisasi dari rencana yang dibuat, (3) Pengamatan,mengamati
tindakan apakah sudah selesai dengan rencana, hasil atau dampak diterapkannya
gabungan metode bercerita dengan
metode sumbang saran, (4) Refleksi, merenungkan, meneliti, mengkaji hasil pengamatan dapat
diketahui kekuatan dan kelemahan tindakan yang dilaksanakan, (5) Rancangan atau rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi
dibuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Penelitian direncanakan dalam 3
siklus, apabila dalam 2 siklus sudah memperoleh hasil yang memuaskan 2 siklus
saja sudah cukup. Apabila 2 siklus belum mencapai hasil yang maksimal
penelitian dilaksanakan selama 3 silkus
atau sampai mencapai hasil yang maksimal, di mana tiap siklus memiliki alur
yang sama dan diakhiri dengan tes formatif pada setiap akhir siklus.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang digunakan untuk meneliti adalah : (1) Silabus, (2) Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) Lembar
Kerja Siswa, (4) Lembar Pengamatan Siswa, (5) Tes
Formatif
Teknik Pengumpulan
Data
Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh melalui observasi kegiatan belajar aktif dan tes
formatif.
Teknik Pengolahan Data
Pada penelitian ini menggunakan
teknik analisis data deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang
menggambarkan kenyataan atau fakta yang ada. Fakta tersebut adalah pengamatan
dan tes formatif.
Berdasarkan nilai pengamatan dapat diketahui tingkat keaktifan siswa sedangkan nilai formatif digunakan untuk
mengetahui nilai kognitif siswa. Nilai ini menentukan siswa tuntas apa tidak.
Bila siswa memperoleh nlai kurang dari 65 berarti belum tuntas, sehingga siswa
tersebut harus mengikuti perbaikan. Sedangkan bagi yang sudah mendapat nilai 65
atau di atasnya siswa tersebut tuntas dan mengikuti pengayaan. Perbaikan dan
pengayaan dilakukan menggunakan metode tugas kelompok dengan tujuan membina
kerja sama dan tetap ada sumbang saran di antara anggota
Penghitungan nilai menggunakan
statistik sederhana yaitu: (1) Untuk mengetahui
nilai rata-rata kelas peneliti
melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh semua siswa kemudian dibagi dengan
jumlah siswa yang ada di kelas sehingga dapat diperoleh rata-rata dengan rumus
sebagai berikut :
=
Dengan : :
Nilai Rata-rata :
Jumlah Nilai Siswa : Jumlah
Siswa
(2) Untuk
mengetahui ketuntasan belajar. Ada dua
kategori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan secara klasikal.
Berdasarkan keputusan bersama di sekolah kami bahwa, siswa telah tuntas belajar pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan
kelas tersebut dikatakan tuntas belajar bila75%
atau lebih siswanya telah mencapai daya serap. Untuk menghitung
ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :
=
(3) Untuk
mengetahui tingkat keaktifan siswa dapat diketahui dari frekwensi menjawab tiap
siswa. Setiap siswa diberi kesempatan menjawab maksimal 3 kali, 1 kali menjawab
skor 1, 1 kali menjawab benar skor 1, jawaban salah tidak mendapat skor.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Per Siklus
Siklus I
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini disiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
RPP I, Lembar Kerja Siswa, Lembar Pengamatan Siswa, Tes Formatif
I, dan alat-alat pembelajaran lain yang mendukung.
Rencana
Pembelajaran Siklus I adalah sebagai berikut:
Mata Pelejaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V/ I
Standar
Kompetensi :
1.
Memahami
penjelasan narasumber dan cerita yang
didengar.
Kompetensi Dasar
: 1.2 Mengidentifikasi unsure cerita rakyak yang didengarnya.
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran yang pertama dilaksanakan pada tanggal 30
Agustus 2010 di kelas V dengan jumlah siswa 25 anak. Dalam pembelajaran ini
dilaksanakan dengan mengacu pada rincian pembelajaran yang telah dirancang.
Pengamatan dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan belajar
mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentikasi unsur
cerita rakyat yang didengar setelah diterapkan metode sumbang saran. Berdasarkan observasi terhadap siswa dapat
diketahui bahwa pembelajaran
menggunakan sumbang saran diperoleh
prosentase keaktifan sebesar 35%, jawaban benar 32%, terdapat 4 siswa tidak
berani mengutarakan pendapat secara langsung, dia mau menjawab kalau
bersama-sama dengan yang lain. Hal ni disebabkan karena siswa yang pendiam
tidak terbiasa mengutarakan pendapatnya,
dan kurang memusatkan perhatian, sehingga siswa tersebut tidak ingat apa yang baru dipelajari.
Sedangkan untuk hasil nilai tes formatif pada siklus I diperoleh
nilai rata-rata kelas 61,16, prosentase ketuntasan belajar klasikal 52%. Ada 12 siswa yang
mendapat nilai di bawah 6 sehingga harus mengikuti perbaikan, dan 13 siswa yang
mendapat nilai di atas 65 mengikuti pengayaan. Berikut
ini ditampilkan langkah tindakan penelitian:
Tabel
Tindakan Penelitian
No
|
Tindakan
|
Hasil
|
Analisis
|
1.
|
Guru bercerita, siswa mendengarkan
Guru memberi kesempatan bertanya
|
Beberapa siswa bicara sendiri, siswa tidak terbiasa mencatat hal-
hal penting.Hanya beberapa siswa yang bertanya
|
Tidak memperhatikan guru bercerita
Tidak bias menjawab pertanyaan
|
2.
|
Guru melontarkan pertanyaan yang dijawab siswa dengan sumbang
saran
|
- 4 siswa tidak
mengutarakan
pendapat
-16 siswa menjawab 1
kali
-10 siswa menjawab 2
Kali
|
Pasif
Keaktifan 35%, menjawab benar 32%
|
3
|
Tes Formatif I
|
Rata-rata 61,16,tuntas 52%
|
12 siswa perbaikan 13 siswa pengayaan
|
Refleksi
Dalam kegiatan belajar
mengajar diperoleh informasi
dari teman sejawat yaitu Fatekhul
Mufid dan refleksi guru sehingga didapat kesimpulan sebagai berikut : (1) Guru
terlalu cepat bercerita, (2) Ketika guru
bercerita masih banyak siswa yang
berbicara sendiri, (3) Siswa tidak
terbiasa mencatat hal-hal yang penting, ketika mendengar guru bercerita, (4) Kesempatan menjawab masih dimonopoli siswa yang berani dan pandai.
Revisi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus
I masih terdapat kekurangan, maka perlu adanya revisi untuk dilakukan pada
siklus II yaitu; (1) Guru lebih
perlu terampil dalam bercerita yaitu dengan cara tempo diperlambat,
memperhatikan intonasi, volume lebih keras, dan suara disesuaikan dengan peran
masing-masing tokoh, (2) Mengingatkan siswa pentingnya menyimak dengan baik supaya dapat
mencatat hal-hal penting dan yang tidak
dimengerti, (3) Memotivasi siswa yang kurang berani mengutarakan pendapat agar
memberankan diri dengan cara dipancing dengan pertanyaan yang lebih mudah dan
diberi kesempatan lebih dulu, (4) Agar siswa tidak bosan guru mengganti cerita
baru.
Siklus II
Tahap Perencanaan
Pada tahap ini dipersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari RPP II, Lembar Kerja Siswa, Lembar pengamatan siswa, soal tes formatif, dan alat-alat pelajaran yang
mendukung. RPP yang dipergunakan tetap dalam bentuk yang sama namun dengan cerita
yang berbeda.
Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 3
September 2010. Kegiatan belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, agar kesalahan dan kekurangan tidak
terulang lagi. Dalam menyampaikan pertanyaan guru menggunakan kalimat yang bervariasi agar
siswa bisa memahami maksud pertanyaan tersebut.
Pengamatan terhadap siswa
dilakukan bersama dengan kegiatan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk peningkatan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur cerita
rakyat yang didengar setelah diterapkan
sumbang saran. Di bawah ini ditampilkan nilai pengamatan formatif II.
Berdasarkan hasil observasi terhadap siswa pada siklus II
diperoleh data sebagai berikut: prosentasi keaktifan siswa
yaitu 53% dan prosentase jawaban betul 50%. Dengan demikian ada peningkatan
keaktifan dan jawaban benar, walaupun peningkatan ini belum sesuai dengan
harapan, untuk itu kegiatan ini perlu ditindaklanjuti pada siklus III.
Pada akhir pembelajaran siklus II, siswa
diberi tes formatif II. Dari hasil tes formatif tersebut diperoleh nilai rata-rata kelas yaitu 74,6, sedangkan ketuntasan belajar
siswa mencapai 64%. Dengan demikian terlihat ada peningkatan walaupun secara
umum ketuntasan belajar belum terpenuhi. Di
bawah ini ditampilkan langkah-langkah tindakan penelitian pada siklus II:
Tabel Tindakan Penelitian
No
|
Tindakan
|
Hasil
|
Analisis
|
1.
|
Mengingatkan
siswa agar mendengarkan cerita dengan seksama dan mencatat hal-hal yang
penting pada LKS
Cara
bercerita ditingkatkan: tempo lambat, memperhatikan intonasi, volume lebih
jelas,suara dibedakan.
|
Ada
perubahan perhatian ketika
mendengarkan guru bercerita.
Siswa
sudah ada yang mencatat ketika mendengarkan cerita.
|
Siswa
lebih berkonsentrasi
|
2
|
Guru
menyampaikan soal tentang latar, tokoh dan watak dari cerita rakyat disertai
penjelas- an contoh watak baik dan buruk,
pengaturan g giliran menjawab, mem beri penguatan, memoti- vasi yang
kurang aktif dengan pertanyaan lebih mudah dan member kesempatan menjawab
lebih dulu.
|
Ada
peningkatan keaktifan dan menjawab benar.
Beberapa
siswa masih malu menjawab.
Ada
yang belum bisa menyebutkan watak
tokoh sesuai dengan yang ada di cerita.
|
12
siswa menjawab 1 kali, 28 siswa menjawab 2 kali, prosentase
53%.
13
siswa menjawab 1 kali, 12 siswa menjawab
2 kali, prosentase 50%.
|
3
|
Tes
Formatif II
|
Terdapat
peningkatan nilai rata-rata.
|
Rata-rata
74,6 Ketuntasan 64% Pengayaan 16 siswa, perbaikan 9
siswa.
|
Refleksi
Dalam pelaksanaan pembelajaran
siklus II diperoleh informasi perlu dilanjutkan untuk siklus III, karena guru
masih belum puas dengan kemampuan yang diperoleh siswa. Kekurangan yang
dirasakan guru yang menyebabkan nilai masih belum memuaskan adalah : (1) Pemberian penguatan kepada siswa kurang, (2) Masih ada siswa yang kurang
aktif dan masih malu untuk mengutarakan
pendapatnya, (3) Siswa masih sulit menemukan dan menentukan watak pelaku, hal ini
disebabkan karena penguasaan dan pemahaman kosa kata kurang, bila menyebutkan
watak pelaku sebagian siswa menggunakan kata baik dan buruk, belum menyebutkan
watak tokoh yang sesungguhnya ada pada cerita.
Revisi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus
II masih terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu perlu adanya revisi untuk
dilaksanakan pada siklus III, antara lain : (1) Guru
hendaknya memberi penguatan yang bervariasi agar siswa lebih antusias dalam
belajar, dan menarik siswa lain supaya aktif, (2) Guru
dituntut lebih dekat dengan siswa agar yang kurang aktif tidak ragu-ragu
mengemukakan pendapat, (3) Guru supaya
memberi gambaran atau contoh watak apa
saja yang baik dan watak apa saja yang buruk.
Siklus III
Tahap Perencanaan
Guru mempersiapkan RPP III, Lenbar
Kerja Siswa, Lembar Pengamatan Siswa, soal formatif III dan alat-alat pelajaran
yang mendukung. Pada pemebelajaran ini tetap menggunakan RPP yang sudah
diperbaiki untuk kegiatan intinya, dengan cerita yang baru agar siswa tidak
bosan dan bisa menambah kosa kata.
Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan siklus III yaitu pada tanggal 10 September 2010.
Pelaksanaan proses pembelajaran ini mengacu pada rencana dengan memperhatikan
revisi pada perbaikan siklus II.
Pada pembelajaran ini tetap ada pengamatan belajar siswa untuk mengetahui perkebangan keaktifan siswa, dan
pada akhir pembelajaran siklus III siswa diberi tes formatif III dengan maksud
untuk mengetahui peningkatan kemampuan dalam mengidentifikasi unsur cerita
rakyat yang didengar dengan menggunakan metode sumbang saran.
Berdasarkan pengamatan terhadap belajar siswa dapat
disimpulkan sebagai berikut: ada
peningkatan keaktifan siswa dari siklus II ke siklus III yaitu dari 53% menjadi
84% dan prosentase jawaban benar dari 50% menjadi 75%. Jadi penggunaan sumbang
saran di sini bisa meningkatkan keaktifan siswa untuk mengutarakan pendapat
dalam mengidintifikasi unsur cerita rakyat.
Sedangkan untuk hasil tes formatif III didapat informasi adanya peningkatan nilai siswa, yang terlihat
dari rata-rata kelas yang meningkat pula yaitu di siklus II 74, naik menjadi
81,08. Begitu pula dengan prosentase ketuntasan belajar pada siklus II 64%
menjadi 92%. Agar lebih
jelas mengenai tindakan penelitian ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel Tindakan Penelitian
No
|
Tindakan
|
Hasil
|
Alisis
|
1
|
Sebelum guru bercerita, mengingatkan siswa tentang contoh-contoh
watak yang baik dan tidak baik serta menghimbau agar mencatat latar, tokoh, watak
dalam LKS supaya dalam waktu sumbang saran siswa mempunyai bahan.
Setelah bercerita siswa diberi kesempatan bertanya tentang
kata-kata sukar.
|
Siswa menjadi lebih paham mengenai watak terbukti dari tanya jawab sekilas banyak yang bisa menjawab.
Ketika guru bercerita siswa sudah semakin aktif mencatat hal-hal
penting.
Sudah ada kemajuan ingin bertanya, siswa lebih
berani dari siklus sebelumnya.
|
Siswa semakin tahu tugas-tugasnya.
|
2.
|
Guru melontarkan perta- nyaan menganai latar, tokoh, dan watak
yang harus dijawab secara sumbang saran. Distribusi menjawab tetap diatur
agar siswa yang kurang aktif mendapat kesem- patan .
|
Antusias siswa dalam
menjawab lebih tinggi, siswa lebih aktif walaupun masih ada beberapa
siswa mau menjawab setelah
dibimbing guru.
|
12 siswa menjawab 2 kali, 13 siswa menjawab 3 kali, prosentase keaktifan 84%.
16 siswa menjawab benar 2 kali, 13 siswa
menjawab benar 3 kali, prosentase
jawaban benar75%.
|
3.
|
Tes Formatif III
|
Ada peningkatan nilai rata- rata kelas.
|
Nilai rata-rata kelas 81,08. Ketuntasan belajar 92%.
23 siswa pengayaan, 2 siswa perbaikan.
|
Dengan demikian sumbang
saran memiliki kontribusi meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
unsur cerita rakyat.
Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun dan yang kurang baik selama proses
pembelajaran dengan penerapan gabungan meode bercerita dengan sumbang saran (Brain-Storming) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur
cerita rakyat yang didengar. Dari data-data di atas dapat diperoleh gambaran
sebagai berikut : (1) Selama proses belajar mengajar sudah berjalan lebih baik,
walaupun ada beberapa aspek yang belum sempurna, (2) Berdasarkan pengamatan, siswa lebih aktif dari
pada sebelumnya, walaupun masih ada beberapa
anak yang kurang aktif, (3) Kekurangan-kekurangan pada siklus
sebelumnya sudah mengalami perbaikan
walaupun belum sempurna, (4) Hasil belajar
mengajar pada siklus I, I,
dan III mengalami
peningkatan yang sangat tinggi
sehingga hasil siklus III termasuk kategori tuntas.
Revisi
Dalam
proses pembelajaran siklus III telah terlaksana dengan baik hal ini dapat
dilihat dari aktivitas dan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita
rakyat yang didengar mengalami peningkatan. Dengan adanya fakta tersebut yang
perlu diperhatikan adalah memaksimalkan dan mempertahankan yang sudah ada
dengan tujuan agar pada kegiatan pembelajaran berikutnya penerapan gabungan metode bercerita dengan sumbang saran
pada aspek mendengar tetap digunakan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari kegiatan pembelajaran yang
berlangsung selama tiga siklus, dan berdasarkan hasil pembahasan serta analisis
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: (1) Pembelajaran
menggunakan sumbang saran (Brain-Storming) dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengar yang dapat dilihat
dari prosentase keaktifan siswa mulai siklus I yaitu 35%, 53%, dan 84%, (2) Pembelajaran menggunakan
sumbang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur
cerita rakyat yang didengar dapat dilihat dari peningkatan nilai formatif tiap,
yaitu rata-rata kelas pada suklus I
61,16, siklus II 74,2, siklus III 81,08.
Saran-saran
Dari hasil
pengamatan dan uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan
memberikan hasil yang baik maka disampaikan saran sebagai berikut : (1) Untuk
melaksanakan pembelajaran dengan mengutamakan
sumbang saran, perlu persiapan yang matang agar memperoleh hasil yang
optimal, (2) Untuk melatih kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur cerita
dengan sumbang saran, guru dituntut melatih
siswa dengan berbagai bentuk pertanyaan walau dalam taraf sederhana,
supaya siswa berani mengutarakan pendapat dan
belajar memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
DAFTAR RUJUKAN
Budiarta,
Sugeng dkk (2004). Cinta Bahasa Kita. Bandung. Ganeca
Exact.
Djajadisastra, Yusuf (1985). Metode-Metode
Mengajar I. Bandung Angkasa.
Kemmis,
S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action
Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Santoso, Puji, dkk (2007). Materi
dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta. Universitas Terbuka.
Wardani. I.G.A.K, Kuswaya Wihardit. Noehi nasution (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta.
Universitas Terbuka.