SIM-P
(Sinergi, Interpreneur, Moralitas, dan Profesional.
Penggunaan Strategi)
A. Alasan
Penggunaan Strategi SIM-P
1. Pengertian
SIM-P
Kepanjangan
SIM-P adalah Sinergi, Interpreneur, Moralitas, dan Profesional. Penggunaan
strategi. SIM-P berkaitan erat dengan potensi sumber daya yang dimiliki UPT SDN Sunan
Giri yaitu Si-OPEL kependekan dari Siswa, Orang tua, Pendidik, dan Lingkungan. Pengertian
SIM-P menurut bahasa Indonesia yaitu:
a.
Sinergi
Sinergi
adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil yang lebih
besar daripada jumlah bagian tiap bagian. Konsep bersinergi yaitu: 1) Berorientasi
pada hasil dan positif, 2) Perspektif beragam
mengganti atau melengkapi paradigma, 3) Bekerja sama untuk tujuan yang sama dan
adanya kesepakatan, dan 4) Sangat efektif diusahakan dan merupakan suatu proses.
Sinergi
adalah proses yang harus dilalui masing-masing pihak, yang memerlukan waktu dan
konsistensi. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk membangun rasa saling
percaya sehingga sinergi terbangun sebagai kerjasama kreatif yaitu: 1) Berbuat lebih baik untuk orang lain
sebagaimana anda ingin diperlakukan baik oleh orang lain, 2) Jangan menilai
buruk orang lain, 3) Jangan memberi janji atau harapan yang anda tidak yakin
untuk memenuhinya, dan 4) Jangan mengecewakan orang lain.
Kerjasama
berdasarkan paradigma atau pola pikir yang berbeda akan mewujudkan hasil yang lebih
besar dan efektif. Hal ini akan terwujud karena didasari proses yang dijalani merupakan
hasil kesepakan untuk mencapai tujuan yang sama dan lebih baik. Bersinergi
berarti saling menghargai perbedaan ide, pendapat dan bersedia untuk saling
berbagi. Bersinergi tidak mementingkan diri sendiri, namun berpikir positif,
lebih baik, unggul, produktif dan tidak ada pihak yang dirugikan atau merasa
dirugikan. Bersinergi bertujuan memadukan bagian-bagian terpisah untuk
meraih tujuan bersama yang telah disepakati.
b.
Interprener
Kata
Interprener berasal dari Entrepreneur
(bahasa Prancis) yang berarti seorang yang melakukan suatu usaha (baru) yang
berisiko. Menurut Zimmerer (2005), Interprener yaitu kewirausahaan sebagai
suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan.
Kompetensi
interprener kepala sekolah yang diterapkan dalam pengembangan sekolah yaitu (1)
Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah, (2) Bekerja keras
untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif,
(3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebaga pemimpin sekolah, (4) Pantang menyerah dan selalu mencari
solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah, dan (5) Memiliki
naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai
sumber belajar siswa.
c.
Moralitas
1.
Pengertian Moralitas
Moral adalah ajaran tentang baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya.
Pengertian moral juga memiliki kesetaraan atau kesamaan arti dengan pengertian akhlak,
budi pekerti, dan susila. Moral sebenarnya memuat dua segi
berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah orang
yang mempunyai sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan yang baik pula.
Dengan kata lain, moral hanya dapat diukir secara tepat apabila kedua seginya
diperhatikan. Orang hanya dapat dinilai secara tepat apabila hati maupun
perbuatannya ditinjau bersama.
Moralitas adalah kualitas dalam
perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik
atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan
manusia. Moralitas dapat objektif atau subjektif. Moralitas objektif
memandang perbuatan semata sebagai perbuatan yang telah dikerjakan, bebas lepas
dari pengaruh sukarela pihak pelaku. Lepas dari segala keadaan khusus individu
pelaku yang dapat mempengaruhi atau mengurangi penguasaan diri dan bertanya
apakah orang yang sepenuhnya menguasai dirinya diizinkan dengan sukarela
menghendaki perbuatan tersebut. Moralitas subjektif adalah moralitas yang
memandang perbuatan sebagai perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan
persetujuan individu pelaku. Selain itu juga dipengaruhi, dikondisikan oleh
latar belakangnya, pendidikannya, kemantapan emosinya, dan sifat-sifat pribadi
lainnya.
2.
Peran Pendidikan dalam Pembentukan
Moralitas
Saat ini manusia Indonesia mengalami
pergeseran dalam aspek moralitas. Pergeseran itu terjadi pada pandangan
masyarakat tentang konsep moralitas itu sendiri. Moralitas dipahami sebagai
konsep tentang moral atau kebaikan atau baiknya sesuatu yang telah dikonstruksi
oleh masyarakat. Pergeseran moralitas masyarakat sedikit banyak dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Pendidikan moral sangatlah perlu bagi
manusia, karena melalui pendidikan perkembangan moral diharapkan mampu berjalan
dengan baik, serasi dan sesuai dengan norma demi harkat dan martabat manusia
itu sendiri. Di Indonesia pendidikan moral telah ada dalam setiap jenjang
pendidikan.
Di sekolah dasar perkembangan
pendidikan moral tidak pernah beranjak dari nilai-nilai luhur yang ada
dalam tatanan moral bangsa Indonesia yang tertulis jelas di Pancasila
sebagai dasar negara. Pendidikan Moral Pancasila, yang sejak dari
pendidikan dasar telah diajarkan tentu memiliki tujuan yang sangat mulia, tiada
lain untuk membentuk anak negeri sebagai individu yang beragama, memiliki rasa
kemanusiaan, tenggang rasa demi persatuan, menjunjung tinggi nilai-nilai
musyawarah untuk kerakyatan serta berkeadilan hakiki.
Berangkat dari tujuan tersebut
diatas maka dalam pelaksanaannya terdapat tiga faktor penting dalam pendidikan
moral di Indonesia yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Peserta didik
yang sejatinya memiliki tingkat kesadaran dan dan perbedaan perkembangan
kesadaran moral yang tidak merata maka perlu dilakukan identifikasi yang
berujung pada sebuah pengertian mengenai kondisi perkembangan moral dari
peserta didik itu sendiri. 2. Nilai-nilai (moral) Pancasila, berdasarkan
tahapan kesadaran dan perkembangan moral manusia maka perlu di ketahui pula
tingkat tahapan kemampuan peserta didik. Hal ini penting mengingat dengan
tahapan dan tingkatan yang berbeda itu pula maka semua nilai-nilai moral yang
terkandung dalam penididkan moral tersebut memiliki batasan-batasan tertentu
untuk dapat terpatri pada kesadaran moral peserta didik. Dengan kata
lain, kalaulah pancasila memiliki 36 butir nilai moral, maka harus difahami
pula proses pemahaman peserta didik berdasar pada tingkat kesadaran dan tingkat
kekuatan nilai kesadaran itu sendiri. 3.Guru sebagai fasilitator, apabila kita
kembali mengingat teori perkembangan moral manusia dari Kohlberg dengan 4
dalilnya maka guru seyogyanya adalah fasilitator yang memberikan kemungkinan
bagi siswa untuk memahami dan menghayati nilai-nilai pendidikanamoralaitu.
Dengan memperhatikan tiga hal diatas
maka proses perkembangan moral manusia yang berjalan dalam jalur pendidikan
tentu akan berjalan sesuai dengan tahapan perkembangan moral pada tiap diri
manusia. Pendidik, sebagai bagian dari pendidikan hendaknya harus berperan
dalam melaksanakan pendidikan budi pekerti (moral), yaitu dengan cara: a. Seorang
pendidik harus menjadi model sekaligus menjadi mentor dari peserta didik dalam
mewujudkan nilai moral pada kehidupan di sekolah. Tanpa guru sebagai model,
sulit untuk diwujudkan suatu pranata sosial (sekolah) yang dapat mewujudkan
nilai-nilai kebudayaan. b. Masyarakat sekolah haruslah merupakan
masyarakat bermoral. Sekolah dan kampus bukan sekedar untuk meningkatkan
kemampuan intelektual, tetapi juga untuk memupuk kejujuran, kebenaran, dan
pengabdian kepada kemanusiaan. c. Mempraktikkan disiplin moral. Pelaksanaan
moral yang tidak disiplin sama artinya tidak bermoral. Moralitas menuntut
keseluruhan dari hidup seseorang karena dia melaksanakan apa yang baik dan
menolak yang batil. d. Menciptakan situasi demokratis di ruang kelas agar
pelaksanaan kehidupan bermoral dapat terwujud. e. Mewujudkan
nilai-nilai melalui kurikulum. Nilai-nilai moral bukan hanya disampaikan
melalui mata pelajaran yang khusus, tetapi juga terkandung dalam semua program
kurikulum.
Adapun peranan pendidikan (edukasi)
dalam mengatasi persoalan moral adalah: a. Menjaga generasi sejak masa
kecil dari berbagai penyelewengan ala jahiliah. Mengembangkan pola hidup,
perasaan dan pemikiran mereka sesuai dengan fitrah, agar mereka menjadi fondasi
yang kukuh dan sempurna di masyarakat. b. Karena pendidikan berjalan
seiring dengan perkembangan anak-anak, maka pendidikan akan sangat memengaruhi
jiwa dan perkembangan anak serta akan menjadi bagian dari kepribadiannya untuk
kehidupannya kelak kemudian hari, c. Pendidikan sebagai alat terpenting
untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Pendidikan mengemban dua
tugas utama yang saling kontradiktif, yaitu melestarikan dan mengadakan
perubahan.
Kepemimpinan
yang berbasis spiritualitas, bukan tentang kecerdasan dan ketrampilan dalam memimpin
belaka, namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas,
kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih, yang membentuk akhlak dan moral diri
sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang
mengedepankan moralitas, kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa, kekayaan
bathin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.
Spiritualitas
adalah tentang bagaimana melakukan segala sesuatu dengan usaha terbaik dalam
kesempurnaan bathin sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang kita yakini.
Mengaplikasikan spiritualitas, adalah cara kita mencapai otoritas moral bahkan
dalam situasi tersulit sekalipun. Spiritualitas membawa kita kepada pencarian
jati diri lebih mendalam; mencari kebaikan dan potensi terbaik dari dalam diri,
menghargai dan memahami orang lain, menumbuhkan kedewasaan berpikir, waspada,
bijaksana, membangun rasa belas kasih terhadap orang lain, dan membuat kita
bersemangat dalam meningkatkan hubungan rohani dengan Tuhan melalui
kegiatan-kegiatan keagamaan yang lebih khusuk dan bermakna.
Spiritualitas
mengekspresikan cinta sesungguhnya dari Tuhan, yang tidak bersyarat,
tidak takut, dan tidak mementingkan diri sendiri. Nilai-nilai kehidupan
berorientasi pada kejujuran, perilaku bertanggungjawab, kedamaian bathin, menghindari
konflik, dan berakhlak mulia ini berpengaruh dalam pembentukan karakter
individu dalam berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam melakukan pekerjaan
apapun. Seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya terbaik bahkan ketika
tidak ada seorangpun yang memperhatikannya. Seorang profesional dapat dengan
jujur mengakui kesalahan/keterlambatannya menyelesai-kan tugas dengan tidak
menyalahkan orang lain. Seorang guru melaksanakan tugas dengan ikhlas tanpa
menunggu perintah atau pujian orang lain namun melakukan sesuatu terbaik untuk
melayani orang lain.
Pendidikan sebagai alat terpenting
untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai positif. Pendidikan mengemban dua
tugas utama yang saling kontradiktif, yaitu melestarikan dan mengadakan
perubahan. Pendekatan yang digunakan adalah: 1. Pendekatan Penanaman Nilai
(Inculcation Approach) 2. Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif (Cognitive
Moral Development Approah) 3. Pendekatan Analisis Nilai (Values Analysis
Approach) 4. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Valuse Clarification Approach) 5. Pendekatan
Pembelajaran Berbuat (Action Learning Approach)
d.
Profesional
Istilah profesional sering dikaitkan dengan orang yang
menerima upah atau gaji dari usaha yang sudah dikerjakan, baik dikerjakan
dengan sempurna atau tidak. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan profesional
adalah kinerja pendidik. Suatu pekerjaan yang profesional ditunjang oleh ilmu
tertentu yang mendalam dan diperoleh dari lembaga pendidikan yang sesuai dengan
bidang tugasnya. Upaya pelaksanaan tugas berdasarkan ilmu yang dimiliki sehingga
dapat dipertanggungjawabkan baik secara proses maupun hasilnya. Untuk itu
seorang pendidik perlu mempunyai kemampuan khusus yang tidak dipunyai oleh orang
lain yang bukan pendidik.
Pendidik profesional adalah seseorang yang memiliki kemampuan
untuk melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar yang
meliputi kemampuan dalam merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil
pembelajaran. Prinsipnya adalah setiap pendidik harus dilatih secara periodik
di dalam menjalankan tugasnya sehingga memiliki keahlian dalam melaksanakan
tugas mendidik dengan baik. Pendidik profesional akan selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat memahami perkembangan
sosial masyarakat sekitar sehingga bisa memberi layanan optimal sesuai tuntutan
kebutuhan masyarakat.
Faktor terpenting yang menentukan
keberhasilan sebuah lembaga pendidikan adalah faktor sumber daya manusia yaitu
guru sebagai pendidik. Kini semakin disadari bahwa faktor peningkatan kemampuan
pendidik dan orang tua dalam memerankan fungsinya sebagai pendidik semakin
memerlukan perhatian. Pelaksanaan upaya ini mengalami kendala yang cukup rumit
mengingat banyak diantara aktivitas pendidikan yang penuh semangat itu ternyata
belum memiliki bekal wawasan kependidikan yang memadai. Untuk dapat menjalankan
tugasnya secara profesional bekal pokok berupa wawasan keilmuan kependidikan
yang profesional pula mutlak diperlukan.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik untuk meningkatkan sumber daya manusia profesional yaitu:
1.
Selalu mempunyai energi untuk siswanya.
Seorang guru yang baik menaruh perhatian
pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga
punya kemampuam mendengar dengan seksama.
2.
Mempunyai tujuan jelas untuk pelajaran.
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan
yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu
dalam setiap kelas.
3.
Mempunyai keterampilan mendisiplinkan yang efektif.
Seorang guru yang baik memiliki
keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa mempromosikan perubahan
perilaku positif di dalam kelas.
4. Mempunyai keterampilan manajemen kelas
yang baik.
Seorang guru yang baik memiliki
keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang
baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif, membiasakan
menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.
5.
Dapat berkomunikasi secara baik dengan orang tua.
Seorang guru yang baik menjaga
komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi
tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin,
dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi panggilan
telepon, rapat, e-mail, atau whatsApp sebagai sarana komunikasi.
6.
Mempunyai harapan yang tinggi pada siswanya.
Seorang guru yang baik memiliki harapan
yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu
bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7. Pengetahuan tentang kurikulum.
Seorang guru yang baik memiliki
pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya.
Mereka dengan sekuat tenaga memastikan pengajaran mereka memenuhi
standar-standar itu.
8.
Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan.
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi
kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar
biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk
menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja
sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.
9.
Selalu memberikan yang terbaik untuk siswa dan proses pembelajaran.
Seorang guru yang baik bergairah
mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam
kehidupan mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam
kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.
10.
Mempunyai hubungan yang berkualitas dengan siswa.
Seorang guru yang baik mengembangkan
hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun
hubungan yang dapat dipercaya.
2. Pemilihan
Penggunaan Strategi SIM-P
Kepemimpinan
sekolah yang efektif tergantung pada teori kepemimpinan yang diyakini oleh
kepala sekolah. Kepemimpinan yang diyakini (seyogyanya) akan berpengaruh pada
peningkatan prestasi akademik siswa secara keseluruhan. Kondisi tersebut
membuat sebagian besar pendidik, orang tua, dan siswa merasa senang melihat
kinerja sekolah (Marzano, 2005).
Kepala
sekolah selain menjadi seorang manajer juga sebagai seorang pemimpin. Peran dan
fungsi kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yaitu (1) Fokus pada visi dan
misi menciptakan perubahan menjadi lebih baik, (2) Menentukan arah dan
memikirkan strategi menuntaskan misi, (3) Memberikan kebebasan kepada staf
untuk melaksanakan pekerjaan dengan cara masing-masing asalkan tetap terarah
pada penuntasan misi, dan (4) Memotivasi dan memberi inspirasi kepada staf
untuk menuntaskan visi dan misi secara kreatif.
Kepala
sekolah sebagai manajer harus dapat menentukan strategi pengelolaan yang akan
diterapkan di sekolah setelah mengetahui potensi sumber daya sekolah.
Pengelolaan sebagai perlakuan atau treatment yang akan dilakukan diupayakan
tepat guna dan sasaran untuk mencapai tujuan sebagai upaya menciptakan
perubahan menjadi lebih baik. Kepala sekolah memerlukan dukungan semua pihak
untuk mengembangkan sekolah dengan cara menerapkan strategi yang tepat, unggul,
kolaboratif, dan produktif.
Pemilihan
penggunaan strategi SIM-P sangat tepat diterapkan di UPT SDN Sunan Giri yang
memiliki jumlah siswa cukup besar. Jumlah siswa yang besar berdampak positif
terhadap potensi sumber daya sekolah yang besar pula, seperti jumlah orang tua,
jumlah pendidik, jumlah kelas, dan lingkungan sekolah yang memadai. Pengelolaan
sekolah dengan menggunaan strategi SIM-P di UPT SDN Sunan Giri oleh kepala
sekolah dengan alasan sebagai berikut:
1. Potensi
sumber daya sekolah cukup besar
Setiap
sekolah memiliki potensi sumber daya sekolah yang harus diketahui oleh warga
sekolah terutama oleh kepala sekolah selaku pimpinan. Potensi sumber daya
sekolah harus dikelola dengan tepat sebagai modal untuk mengembangkan sekolah
menjadi lebih baik. UPT SDN Sunan Giri memiliki potensi sumber daya sekolah
yaitu Si-OPEL kependekan dari Siswa, Orang tua, Pendidik, dan Lingkungan.
Jumlah
siswa UPT SDN Sunan Giri tahun pelajaran 2015-2016 adalah 617 anak maka jumlah
orang tua siswa sebagai bagian dari stakeholder sekolah cukup besar.
Partisipasi aktif orang tua siswa terhadap pengembangan sekolah unggul
diharapkan sangat besar pula. Pengembangan sekolah unggul dapat menaikkan
fanatisme pendidikan orang tua terhadap kemajuan siswa.
Jumlah
siswa yang cukup besar membutuhkan pendidik, ruang kelas, dan lingkungan
belajar yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah pendidik
di UPT SDN Sunan Giri sebanyak 31 orang dan tenaga kependidikan sebanyak 6
orang. Keadaan bangunan UPT SDN Sunan Giri cukup besar yang cukup menampung
siswa sebanyak 24 rombel. Bangunan lain yang melengkapi keterpenuhan
sarana-prasarana belajar yang dibutuhkan siswa diantaranya ruang: perpustakaan,
laboratorium IPA, komputer, kesenian, drum band, UKS,dan Pramuka. Beberapa
fasilitas lain yang dimiliki sekolah yaitu musholla, koperasi, kantin dan
warung sekolah, tempat parkir, ruang serba guna, dan pos satpam.
Lingkungan
UPT SDN Sunan Giri sebagai Sekolah Adiwiyata sangat layak untuk mendukung
kegiatan belajar siswa. Lingkungan sekolah hijau yang dipenuhi ribuan tanaman berbagai
jenis menambah asri dan nyaman nuansa belajar di sekolah ini. Fasilitas yang
dimiliki sekolah sebagai sekolah Adiwiyata diantaranya green house, kebun
blimbing wuluh sebagai ikon sekolah, kebun sekolah, taman kelas, lapangan sepak
bola, gazebo, dan hamparan halaman sekolah berpaving.
Lingkungan
sosial-ekonomi masyarakat sekitar UPT SDN Sunan Giri cukup mendukung terhadap
upaya pengembangan sekolah unggul. Masyarakat yang agamis merupakan wujud kearifan lokal menjadi potensi terhadap
pengembangan moral berkeutamaan siswa. Home industri masyarakat sebagai sentra
industri mebel menumbuhkan strata ekonomi menengah atas para orang tua siswa
yang sangat besar perannya terhadap sekolah unggul.
2. Peluang
unggul cukup besar
UPT
SDN Sunan Giri merupakan rintisan sekolah unggul di Kota Pasuruan yang sering
berpartisipasi di berbagai lomba di tingkat daerah dan nasional. Pelayanan sekolah yang humanis dan akuntabel
terhadap siswa dan orang tua membuahkan partisipasi orang tua terhadap sekolah
cukup signifikan. Melalui komite sekolah dan paguyuban kelas yang sudah
terbentuk, para orang tua dapat berperan aktif untuk mendukung program-program
pengembangan sekolah unggul.
Pengurus
komite sekolah dan paguyuban kelas sebagian besar dijabat oleh orang tua siswa
dari kalangan ekonomi atas atau juragan mebel dan tokoh masyarakat. Antar
juragan mebel yang kaya tersebut selalu bersaing dalam bisnis dan selalu ingin
menunjukkan eksistensi dirinya di komite sekolah atau paguyuban kelas. Mereka
berlomba-lomba untuk memberi sumbangan kepada sekolah sembari menaikkan
reputasinya sebagai juragan mebel yang berpengaruh dikelompoknya.
Strategi
pengelolaan sekolah yang diterapkan kepala sekolah perlu mendapat dukungan dari
pendidik dan tenaga kependidikan yang ada. Jumlah staf yang besar merupakan
modal yang potensial bagi pengembangan sekolah unggul jika dikelola dengan
tepat dan berkesinambungan. Integritas yang tinggi terhadap pelaksanaan tugas
merupakan kunci keberhasilan kinerja staf yang sinergi untuk membuka peluang keberhasilan program-program
sekolah.
3. Membutuhkan
pengelolaan yang tepat
Kepala
sekolah sebagai manajer dapat menentukan strategi manajemen sekolah yang akan
diterapkan di sekolah yang dipimpinnya. Strategi manajemen yang ditentukan
secara kolaboratif antara kepala sekolah dan pendidik, staf, komite sekolah,
paguyuban kelas, serta orang tua dapat membangun kepercayaan dan pencitraan
publik. Keluwesan kebijakan dan keharmonisan hubungan antara kepala sekolah,
pendidik, dan orang tua sangat menguntungkan sekolah untuk menumbuhkan
partisipasi stakeholder sekolah.
Keharmonisan
hubungan antara sekolah dan stakeholder sekolah dapat membangun sinergitas
mencapai tujuan. Setiap manusia memiliki kelebihan di bidangnya dan perlu
mendapat apresiasi yang sama bersinergi untuk kepentingan sekolah. Sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai
hasil yang lebih besar daripada jumlah bagian tiap bagian. Sinergi saling
percaya dapat menumbuhkan moralitas
untuk melahirkan kerjasama kreatif yaitu
berbuat lebih baik untuk orang lain sebagaimana setiap orang ingin diperlakukan
baik oleh orang lain dan jangan menilai buruk orang lain
Tuntutan
pendidikan semakin komplek dan multi dimensi yang berkembang di masyarakat.
Sekolah harus lebih peka melihat kebutuhan peningkatan kompetensi yang harus
dipenuhi oleh pendidik dan tenaga kependidikan untuk memenuhi tuntutan
masyarakat. Kepala sekolah sebagai pimpinan harus memiliki jiwa interprener atau kewirausahaan untuk
meningkatkan profesionalisme dalam
melaksanakan tugas. Proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kinerja merupakan
esensi interprener yang profesional.
Kompetensi
inovasi dalam kerangka profesionalitas yang dimiliki setiap pendidik dan tenaga
kependidikan dalam melaksanakan tugas pendidikan keseharian beraneka bentuknya.
Kepala sekolah sebagai manajer dan pimpinan dalam pengelolaan sekolah dapat
mengkolaborasikan aneka kompetensi tersebut. Kolaborasi kompetensi yang
dikelola untuk membentuk kerja yang sinergis antar personal. Sinergi yang
dibangun tentunya beriorientasi pada hasil kerja yang lebih produktif yang
lebih baik.
4. Meraih
sekolah unggul
Potensi
sumber daya sekolah mencakup siswa, orang tua siswa, pendidik, dan lingkungan
atau Si-OPEL telah tergali dengan optimal. Pemberdayaan segenap potensi sumber
daya sekolah telah dikelola dengan konsep sinergi, interprener, moralitas, dan
profesional atau SIM-P dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai budaya kerja
yang lebih produktif di UPT SDN Sunan Giri. Kerja sama saling memberikan
sesuatu yang terbaik untuk orang lain berdasarkan inovasi keprofesionalan dalam
tugas mendorong terwujudnya sekolah unggul.
Sekolah
unggul menjadi harapan semua pihak baik sekolah, pemerintah daerah maupun orang
tua siswa dan masyarakat sekitar. Sekolah unggul tidak hanya berprestasi di
bidang akademik semata namun berprestasi dibidang lain sebagai nilai tambah
yang saling melengkapi keunggulannya. Nilai tambah keunggulan UPT SDN Sunan
Giri mencakup bidang afektif mencakup seni, budaya, dan keterampilan yang
mengangkat konsep perkembangan kearifan lokal dan kepedulian lingkungan. Oleh
karena itu, keunggulan UPT SDN Sunan Giri mencakup bidang ARILOKA CANTIK yaitu
Kearifan Lokal, Ceria, Asri, Nyaman, Tertib, Indah, dan Kreatif.
B. Kendala
Penggunaan Strategi SIM-P
Pengembangan
UPT SDN Sunan Giri menuju sekolah unggul terus dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan untuk menutupi kekurangannya. Pengembangan mencakup
pembangunan fisik dan non-fisik yang diupayakan dapat berjalan seimbang. Pengembangan
fisik dilakukan dengan pembangunan gedung baik perbaikan maupun pengadaan
gedung baru. Pengembangan non-fisik dilakukan melalui penerapan strategi
pengelolaan pendidikan terhadap personal dan stakeholder sekolah.
Penggunaan
strategi SIM-P merupakan model pengelolaan personal dan stakeholder yang
bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja dan peran masing-masing. Optimalisasi
dan peran tersebut diharapkan untuk mewujudkan UPT SDN Sunan Giri yang unggul
baik dibidang akademik maupun non-akademik. Kendala penggunaan strategi SIM-P
di UPT SDN Sunan Giri yang selama ini diterapkan oleh kepala sekolah
diantaranya:
1.
Input siswa rendah
UPT
SDN Sunan Giri memiliki siswa setiap tahun rata-rata cukup besar jumlahnya yang
terbagi dalam 24 rombel. Setiap kelas berisi antara 25 sampai 30 siswa yang
sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Asal siswa dari Kelurahan Sunan Giri
dan kelurahan-kelurahan di sekitarnya yang merupakan daerah penghasil barang
mebel.
Sebagian
besar siswa yang mendaftar ke UPT SDN Sunan Giri berasal dari TK-TK di
sekitarnya. Secara akademis, kemampuan siswa rata-rata 70% tergolong rendah
jika diukur dengan hasil belajar sehari-hari. Sedangkan 30% dengan kemampuan
akademik di atas rata-rata yang berpotensi meraih prestasi di tingkat kecamatan
dan kota. Oleh karena itu, pembinaan prestasi non akademik menjadi salah satu
terobosan yang diupayakan oleh UPT SDN Sunan Giri.
2.
Fanatisme pendidikan orang tua siswa masih
lemah
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat.
Ketiga komponen sangat menentukan mutu pendidikan baik secara proses maupun
hasil pendidikan. Orang tua siswa UPT SDN Sunan Giri yang sebagian besar
berasal dari Kelurahan Sunan Giri sekitar 75% bermata pencaharian sebagai
tukang kayu dan sisanya sebagai juragan mebel atau PNS.
Kepedulian
orang tua siswa terhadap perkembangan prestasi hasil belajar siswa sangat
kurang. Sebagian besar orang tua menyerahkan hasil belajar siswa sepenuhnya kepada
sekolah. Kompetisi hasil belajar siswa hampir tidak nampak meskipun setiap
semester ditentukan ranking prestasi hasil belajar. Perhatian dan kepedulian orang tua kepada
prestasi siswa masih lemah sehingga berdampak pada lemahnya motivasi belajar
siswa. Diperparah dengan belum lemahnya tuntutan orang tua terhadap hasil
belajar yang lebih baik.
3.
Kompetensi pendidik tidak merata
Jumlah
siswa di UPT SDN Sunan Giri yang cukup besar membutuhkan pendidik yang besar
pula untuk melaksanakan proses pembelajaran yang memadai. Jumlah pendidik di
UPT SDN Sunan Giri sebanyak 42
orang terdiri dari 31
PNS dan 11
sukwan apabila dihitung berdasarkan usia, terdapat 6 pendidik usianya di atas
50 tahun dari jumlah pendidik yang ada.
Keadaan
pendidik ditinjau dari segi kemampuan mengoperasikan perangkat IT terhitung 40%
tergolong mahir, 30% tergolong mampu, 15% kurang mampu, dan 15% tidak mampu. Kompetensi
pendidik ditinjau dari segi kemampuan berinovasi dalam kewirausahaan
pelaksanaan pembelajaran atau tugas tambahan terhitung 60% mampu, 20% kurang
mampu, dan 20% tidak mampu. Berdasarkan keadaan kompetensi pendidik yang tidak
merata perlu adanya pengelolaan pemberdayaan pendidik dalam pelaksanaan tugas
secara kolaboratif untuk membangun sinergitas yang berorientasi pada hasil.
0 komentar:
Post a Comment