HASIL BELAJAR
1) Pengertian Hasil
Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata
Putra dan Rosita (1997;191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang
paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu
proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program
pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai
berikut:
a)
Tes hasil
belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan
tujuan instruksional yang tercantum
dalam kurikulum yang berlaku.
b)
Tes hasil
belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah
dipelajari.
c)
Bentuk
pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat
belajar yang diharapkan.
d) Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan
bahwa belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar
menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun
tindakan yang harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik
.
2) Tipe Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1988; 49), tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam
suatu pengajaran terdiri dari 3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ketiga aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan yang harus nampak sebagai hasil belajar. Nana Sudjana (1988;50-54)
juga mengemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek pengajaran adalah sebagai berikut :
1.
Tipe hasil belajar bidang kognitif
Tipe ini terbagi menjadi 6 poin, yaitu
tipe hasil belajar :
a.
Pengetahuan
hafalan (Knowledge),
yaitu pengetahuan yang sifatnya faktual.
Merupakan jembatan untuk menguasai tipe hasil
belajar lainnya.
b.
Pemahaman (konprehention), kemampuan menangkap
makna atau arti dari suatu konsep
c.
Penerapan (aplikasi), yaitu kesanggupan menerapkan
dan mengabtraksikan suatu konsep. Ide,
rumus, hukum dalam situasi yang baru, misalnya
memecahkan persoalan dengan
menggunakan rumus tertentu.
d.
Analisis, yaitu kesanggupan memecahkan, menguasai
suatu intergritas (kesatuan ynag utuh) menjadi unsur atau bagian yang mempunyai
arti .
e.
Sintesis, yaitu kesanggupan menyatukan unsur atau
bagian menjadi satu integritas.
f.
Evaluasi, yaitu kesanggupan memberikan keputusan
tentang nilai sesuatu berdasarkan pendapat yang dimilikinya dan kriteria yang
dipakainya.
2.
Tipe hasil belajar afektif
Bidang afektif disini berkenaan dengan sikap. Bidang ini kurang
diperhatikanoleh guru, tetapi lebih menekankan bidang kognitif. Hal ini didasarkan pada pendapat beberapa ahli yang
mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang
telah menguasai bidang kognitif tingkat
tinggi.
Beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar dari yang sederhana ke yang lebih komplek yaitu :
a. Receiving atau attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima
rangsangan dari luar yang datang pada siswa,
baik dalam bentuk masalah situasi dan
gejala.
b. Responding atau jawaban, yakni
reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus dari luar .
c.
Valuing atau penilaian, yakni berhubungan dengan nilai dan kepercayaan terhadap stimulus.
d.
Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam system organisasi, termasuk
menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lainnya dan kemantapan prioritas yang dimilikinya .
e.
Karakteristik nilai atau internalisasi,
yakni keterpaduan dari semua nilai yang dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya
3.
Tipe hasil
belajar bidang psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk
ketrampilan, kemampuan bertindak individu. Ada 6 tingkatan ketrampilan yaitu :
a.
Gerakan refleks yaitu
ketrampilan pada gerakan tidak sadar.
b. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c. Kemampuan pesreptual termasuk di dalamnya
membedakan visual , adaptif, motorik,
dan lain-lain.
d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya
kekuatan keharmonisan dan ketetapan.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari dari
ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dan
komunikasi non decorsive seperti gerakan ekspresif, interpretative.
0 komentar:
Post a Comment